Perusahaan pertambangan dan metalurgi Prancis, Eramet, secara resmi memperkenalkan Jérôme Baudelet sebagai CEO baru Eramet Indonesia, efektif mulai September 2024, menggantikan Bruno Faour.
Melalui kepemimpinan baru ini, Eramet siap menjadi mitra strategis pemerintah Indonesia dalam mendukung pengembangan industri kendaraan listrik (EV) dan tujuan transisi energi Indonesia.
Baudelet telah bekerja di Eramet selama lebih dari dua dekade, memulai kariernya sebagai Analis Pasar di Eramet USA pada tahun 1994. Ia kemudian memegang berbagai peran manajerial di Taiwan, China, dan Prancis, sebelum menjadi Direktur Penjualan dan Pemasaran untuk Nikel dan Lithium pada tahun 2013.
Dengan pengalaman globalnya yang luas di industri nikel dan baja tahan karat, Baudelet membawa visi yang kuat untuk memposisikan Eramet Indonesia sebagai mitra strategis pemerintah dan pemain kunci dalam ekosistem kendaraan listrik global.
Eramet di Indonesia
Eramet telah beroperasi di Indonesia sejak tahun 2006, dimulai dengan kegiatan eksplorasi di Halmahera, Maluku Utara. Pada tahun 2017, Eramet membentuk usaha patungan dengan Tsingshan, mendirikan PT Weda Bay Nickel (WBN). Dalam struktur kepemilikan WBN, Strand Minerals memegang 90% saham, terdiri dari Eramet (43%) dan Tsingshan (57%). Sisanya 10% dimiliki oleh PT Antam Tbk, yang mewakili Pemerintah Indonesia.
Melalui kemitraan strategis ini, Eramet membawa keahlian teknis dalam operasi pertambangan standar internasional dan berkontribusi pada pengembangan berkelanjutan industri nikel Indonesia.
Perusahaan telah mencatat kemajuan yang signifikan dalam produksi nikel di WBN, didukung oleh fakta bahwa Weda Bay adalah salah satu tambang nikel terbesar di dunia. Laporan terbaru Eramet menyatakan bahwa lebih dari 52% dari total volume bijih nikel diproduksi di Indonesia.
Selain nikel, Eramet juga berfokus pada mineral kritis lainnya dalam rantai nilai baterai kendaraan listrik (EV), seperti litium. Tahun ini, Eramet menandatangani nota kesepahaman dengan Badan Geologi Indonesia (ESDM) untuk bersama-sama mempelajari potensi sumber daya litium di negara tersebut.
Selain itu, pada tahun 2023, Eramet bermitra dengan Kalla Group, PowerCo, dan Stellantis untuk membentuk konsorsium guna pengembangan pusat kendaraan listrik ramah lingkungan yang disebut “Responsible Green Electric Vehicle” (RGEV) di Indonesia, dengan tujuan mempromosikan praktik ekstraksi dan pengolahan yang berkelanjutan.
Baudelet menekankan bahwa ke depannya, Eramet akan fokus pada pencapaian ambisinya untuk menjadi pemain kunci dalam industri EV di Indonesia dengan memprioritaskan investasi dan pengembangan mineral kritis yang mendukung transisi energi, termasuk nikel, litium, dan kobalt.
Sebagai pemain di industri pertambangan, dia menegaskan kembali komitmen perusahaan untuk menerapkan praktik pertambangan berkelanjutan, termasuk adopsi standar internasional seperti Initiative for Responsible Mining Assurance (IRMA), yang diakui secara global.
Di sisi lain, pemain utama di sektor nikel ini juga sedang mengembangkan Peta Jalan CSR untuk 2024–2026 yang berjudul “Act for Positive Mining” guna memperkuat komitmen keberlanjutannya.
“Eramet berkomitmen untuk memastikan bahwa operasi pertambangan di Weda Bay Nickel mengikuti peta jalan CSR. Di tingkat global, Eramet telah menjadwalkan audit IRMA di seluruh area operasional kami,” dia menyimpulkan.