CEO Eramet Indonesia, Jérôme Baudelet, menyatakan bahwa dalam sepuluh tahun ke depan, Indonesia akan menjadi produsen nikel terbesar di dunia dengan peningkatan produksi yang signifikan dalam beberapa waktu terakhir.

Pada tahun 2023, menurut data Eramet, Indonesia menyuplai 55% dari total produksi nikel dunia, sehingga meningkatkan ketergantungan dunia terhadap pasokan nikel dari Indonesia.

“Kami sangat percaya bahwa Indonesia akan terus menjadi pusat produksi nikel global dalam 10 tahun ke depan. Sebanyak 70% produksi nikel global akan berasal dari Indonesia dalam periode tersebut,” kata Jérôme Baudelet saat berbicara kepada media di Jakarta, Selasa (5/11/2024).

Lebih lanjut, Jérôme Baudelet juga mengungkapkan bahwa produksi Weda Bay Nickel, usaha patungan Eramet dengan Tsingshan, juga menunjukkan pertumbuhan yang pesat. Pada tahun 2024, produksi nikel Weda Bay Nickel akan mencapai 32 juta ton sesuai dengan kuota produksi yang ditetapkan dalam Rencana Kerja dan Anggaran (RKAB).

Pasar Nikel Indonesia Mengalami Kekurangan Pasokan Bijih

Jérôme Baudelet juga menyoroti kondisi pasar nikel Indonesia, yang saat ini mengalami kekurangan pasokan bijih nikel tahun ini. Lonjakan impor bijih nikel dari Filipina ke Indonesia semakin memperkuat indikasi ini.

Berdasarkan data Statistik Indonesia, Indonesia mengimpor sekitar 7 juta ton bijih nikel dari Filipina dalam sepuluh bulan pertama tahun 2024. Dibandingkan dengan hanya 374.454 ton sepanjang tahun 2023. Menurut statistik, hampir 60% dari impor tersebut telah dikirim ke pelabuhan Weda Bay.

Meskipun impor masih mencakup sebagian kecil dari total konsumsi nikel Indonesia, permintaan yang tinggi telah mendorong harga bijih nikel lebih tinggi dari harga patokan minimum (HPM) yang ditetapkan oleh pemerintah Indonesia.

“Kekurangan pasokan bijih nikel ini menciptakan ketegangan pasar di Indonesia, meskipun pasar nikel global masih mengalami kelebihan pasokan produk nikel jadi. Namun, perlu dicatat bahwa kelebihan pasokan ini relatif kecil, diperkirakan sekitar 60.000 ton, setara dengan sekitar satu minggu konsumsi,” kata Jérôme.

Potensi Pertumbuhan dan Komitmen Berkelanjutan

Sementara itu, Eramet optimis tentang masa depan produksi nikel di Indonesia. Dengan potensi sumber daya yang melimpah di Weda Bay, usaha patungan Eramet menargetkan untuk meningkatkan produksi menjadi 60-65 juta ton per tahun dalam jangka menengah.

Dengan kelimpahan sumber daya alam jangka panjang seperti itu, kami berkomitmen untuk menjaga keseimbangan pasokan. Kami tidak ingin memproduksi lebih dari yang dibutuhkan pasar.

Jérôme Baudelet
Eramet Indonesia CEO

Selain itu, Jérôme Baudelet juga menekankan pentingnya inovasi dan keberlanjutan dalam pengelolaan sumber daya alam. “Indonesia adalah prioritas utama bagi Eramet dalam pengembangan bisnis nikel. Eramet ingin menjadi bagian dari pertumbuhan industri nikel global dan memberikan manfaat positif bagi perekonomian Indonesia. Kami terus berupaya menjalin kemitraan strategis dengan perusahaan, baik dari Eropa maupun Indonesia, untuk mendukung pertumbuhan industri nikel di Indonesia,” tutup Jérôme Baudelet.